Pergumulan ide, hasrat, dan bara api yang meletupi benak seorang seniman, sejatinya akan melintasi ruang dan waktu tanpa jeda sampai akhir masa. Seorang pelukis, pemahat patung, hingga penari akan selalu menyisakan jejak terakhir yang akan terawat dengan baik di setia benak yang mengaguminya. Momen ini ternyata hadir dan dilalui dengan baik oleh Astrolab di EP Transcending Time yang mengajak legenda dan petualangan gitaris Hari Soebardja untuk mengisi di satu lagu berjudul Melt, sebelum beliau berpulang ke Sang Khalik pada November 2023.

Almarhum Hari Soebardja sendiri adalah gitaris rock lawas yang hadir di beberapa band legendaris seperti Lizard, Black Bird, Rak Band Rawe Rontek, Lipstick (bersama Deddy Dores dan Jelly Tobing), Hari pun juga menjadi gitaris tamu di beberapa musisi, salah satunya yang paling fenomenal, Hari Soebardja merupakan bassist sekaligus drummer untuk album Santun Petaka-nya Harie Dea pada tahun 1979. Pria kelahiran Tasikmalaya ini pun pada hari senjanya bekerja sebagai musisi homeband sebuah BUMN di Kalimantan. Gairahnya di musik tak pernah redup, dan ketika kerabatnya Rangga Kuntara, gitaris Astrolab, memintanya untuk mengisi sebuah lagu, Hari langsung mengiyakan. “Beliau sungguh tak sungkan mendengarkan musik kami yang notabene tak hanya beda genre, tetapi juga usia,” kata Rangga.
Proses kolaborasi antara Hari Soebardja dan Astrolab tanpa kendala berarti. Kata Gaga, almarhum betul-betul menyimak musik Astrolab dengan serius, dan menanyakan beberapa hal dengan Gaga untuk aransemen isian gitar yang diinginkan Astrolab. “Beliau gitaris legendaris, tapi mau mendengarkan musik kami saja sudah luar biasa, beliau humble sekali dan mau mendengarkan generasi yang jauh lebih muda dari dirinya,” ujar Badra, vokalis Astrolab.Tak membutuhkan waktu lama proses rekaman Hari di lagu Melt pun berlangsung dengan cepat dan lancar. Hari pun tak sungkan melakukan sesi rekam ulang agar sesuai dengan musik Astrolab yang berada pada spektrum musik genre shoegaze. Alhasil gubahan Hari Soebardja yang psychedelic ternyata melengkapi dengan sempurna lagu Melt. “Seperti mendapati David Gilmour di stadion Pompei, namun dengan gaya Hari Soebardja, kami betul-betul terkesima saja menyaksikan beliau rekaman di studio,” tambah Rangga.
Namun pada akhir sesi rekaman, ketika Astrolab dan Hari Soebardja hendak mencari makan di sekitar studio, handphone berdering. Hari mengangkat handphone miliknya dan kemudian mematikannya. Ia terdiam sejenak dan kemudian berkata kepada Astrolab, “Sahabatku Deddy Dores telah wafat..” ucap Hari, seperti diceritakan Rangga tentang momen tersebut.
Kepergian seperti halnya kehadiran, silih berganti melintasi ruang dan waktu, seperti makna dari transcending time yang menjadi nama EP. Hari menghadirkan sebuah lukisan terakhirnya bersama Astrolab, dan bersamaan dengan momen kepergian Deddy Dores. “Kami merasakan dan melihat bagaimana beliau tetap tabah dengan berita duka itu, ditengah petualangan bermusik terbarunya bersama band kami. Dan kami sangat menghargai dan menghormati momen beliau saat itu,” kata Rangga.
Bagi Astrolab, EP ini adalah sebuah perjalanan panjan yang begitu personal dan pribadi. Mereka menyajikan sebuah palet warna untuk Hari Soebardja lukis sesuai isi hatinya, apapun letupan bara api yang telah menyapihnya sebagai seorang gitaris dan manusia.
Transcending Time EP kini telah hadir di berbagai kanal streaming oleh Anoa Records pada 22 Februari 2025.
MORE INFORMATION : @astrolab.indo


